BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi
dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu
mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yan terkena. Hemoroid
juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh
karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon menyebabkan
pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang disebabkan
oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa
waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan menjadi dua tipe. Hemoroid
internal yaitu hemorod yang terjadi diatas stingfer anal sedangkan yang muncul
di luar stingfer anal disebut hemorod eksternal. (brunner & suddarth, 1996)
Kedua jenis hemoroid ini sangat
sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk. Hemoroid bisa mengenai
siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan meningkat
sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun keadaan
ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak
nyaman. Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk membahas penyakit hemoroid.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep
asuhan keperawatan pada klien hemoroid.
1.2.2 Tujuan Khusus
(1). Mahasiswa mampu menjelaskan
tentang definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, patofisiologi,
pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan pada klien hemoroid.
(2). Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan
pada klien hemoroid.
(3). Mahasiswa dapat menambah
wawasan baru mengenai angka kejadian penyakit hemoroid.
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Definisi
Hemoroid adalah pembengkakan atau
distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang diperhatikan
kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih
dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat awam. Sudah pasti
kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja
mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek
sosial.
Secara sederhana, kita bisa
menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah, walaupun sebenarnya juga
melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir mirip dengan varises. Hanya
saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki,
sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis
di daerah anorektal. (dr.delken kuswanto)
2.2 Anatomi dan Fisiologi
Rektum panjangnya 15 – 20 cm dan
berbentuk huruf S. Mula – mula mengikuti cembungan tulang kelangkang, fleksura
sakralis, kemudian membelok kebelakang pada ketinggian tulang ekor dan melintas
melalui dasar panggul pada fleksura perinealis. Akhirnya rektum menjadi kanalis
analis dan berakhir jadi anus. Rektum mempunyai sebuah proyeksi ke sisi kiri
yang dibentuk oleh lipatan kohlrausch. Fleksura sakralis terletak di belakang
peritoneum dan bagian anteriornya tertutup oleh paritoneum. Fleksura perinealis
berjalan ektraperitoneal. Haustra (kantong) dan tenia (pita) tidak terdapat
pada rektum, dan lapisan otot longitudinalnya berkesinambungan.
Pada sepertiga bagian atas rektum,
terdapat bagian yang dapat cukup banyak meluas yakni ampula rektum bila ini
terisi maka imbullah perasaan ingin buang air besar. Di bawah ampula, tiga buah
lipatan proyeksi seperti sayap – sayap ke dalam lumen rektum, dua yang lebih
kecil pada sisi yang kiri dan diantara keduanya terdapat satu lipatan yang
lebih besar pada sisi kanan, yakni lipatan kohlrausch, pada jarak 5 – 8 cm dari
anus. Melalui kontraksi serabut – serabut otot sirkuler, lipatan tersebut
saling mendekati, dan pada kontraksi serabut otot longitudinal lipatan tersebut
saling menjauhi.
Kanalis analis pada dua pertiga
bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis yang sedikit bertanduk yang
mengandung persarafan sensoris yang bergabung dengan kulit bagian luar, kulit
ini mencapai ke dalam bagian akhir kanalis analis dan mempunyai epidermis
berpigmen yang bertanduk rambut dengan kelenjar sebacea dan kelenjar keringat.
Mukosa kolon mencapai dua pertiga bagian atas kanalis analis. Pada daerah ini,
6 – 10 lipatan longitudinal berbentuk gulungan, kolumna analis melengkung
kedalam lumen. Lipatan ini terlontar keatas oleh simpul pembuluh dan tertutup
beberapa lapisan epitel gepeng yang tidak bertanduk. Pada ujung bawahnya,
kolumna analis saling bergabung dengan perantaraan lipatan transversal. Alur –
alur diantara lipatan longitudinal berakhir pada kantong dangkal pada akhiran
analnya dan tertutup selapis epitel thorax. Daerah kolumna analis, yang
panjangnya kira – kira 1 cm, di sebut daerah hemoroidal, cabang arteri rectalis
superior turun ke kolumna analis terletak di bawah mukosa dan membentuk dasar
hemorhoid interna.
Hemoroid dibedakan antara yang
interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidalis
superior di atas linea dentata/garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa
pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer,
yaitu kanan depan ( jam 7 ), kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3).
Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer tesebut.
Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid
inferior terdapat di sebelah distal linea dentata/garis mukokutan di dalam
jaringan di bawah epitel anus.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan
eksternus berhubungan secara longgar dan merupakan awal aliran vena yang
kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid interna
mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena porta.
Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui
daerah perineum dan lipat paha ke vena iliaka.
2.3 Klasifikasi
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua
klasifikasi, yaitu :
2.3.1 Hemoroid interna
Merupakan varises vena hemoroidalis
superior dan media. Terdapat pembuluh darah pada anus yang ditutupi oleh
selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani bisa terlihat muncul menonjol
ke luar seperti hemoroid eksterna.
Gejala - gejala dari hemoroid
interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak adanya serabut serabut
rasa sakit di daerah ini. Jika sudah parah bisa menonjol keluar dan terus
membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil tindakan operasi untuk
membuang wasir.
Hemoroid interna terbagi menjadi 4 derajat :
Derajat I
Timbul
pendarahan varises, prolapsi / tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya
dapat di temukan dengan proktoskopi.
Derajat II
Terdapat
trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi,
tapi seterlah depikasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan
sendirinya.
Derajat III
Keadaan
dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi
harus di dorong
Derajat IV
Suatu saat
ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defikasi tidak
dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul trombus yang di ikuti
infeksidan kadang kadang timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan
Hemoral Inkaresata karena seakan - akan ada yang menyempit hemoriod yang keluar
itu, padahal pendapat ini salah karena muskulus spingter ani eksternus
mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada saat membuka dan menutup. Tapi
bila benar terjadi. Inkaserata maka setelah beberapa saat akan timbul nekrosis
tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps hemoroid
.
2.3.2 Hemoroid eksterna
Merupakan varises vena hemoroidalis inferior yang umumnya
berada di bawah otot dan berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat
tonjolan bengkak kebiruan pada pinggir anus yang terasa sakit dan gatal.
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri,
biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di
klasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus dan sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus
eksterna akut.
Tanda dan
gejala yang sering timbul adalah:
1. Sering
rasa sakit dan nyeri
2. Rasa
gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena
ujung – ujung saraf pada kulit merupakan reseptor rasa sakit .
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas
satu lipatan atau lebih dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan
sedikit pembuluh darah.
2.4 Etiologi
Hemoroid
timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah digunakan, termasuk konstipasi/diare,
sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prosfat; fibroma
arteri dan tumor rectum. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal
sering mengakibatkan hemoroid karena vena hemoroidalis superior mengalirkan
darah ke dalam system portal. Selain itu system portal tidak mempunyai katup
sehingga mudah terjadi aliran balik.
Faktor
Resiko hemoroid :
1. Keturunan
Dinding
pembuluh darah yang lemah dan tipis
2. Anatomic
Vena darah
anorektal tidak mempunyai katup dan plexus hemorhoidalis kurang mendapat
sokongan otot dan fasi sekitarnya
3. Pekerjaan
Orang yang
harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat barang berat, memounyai
predisposisi untuk hemoroid
4. Umur
Pada umur
tua timbul digenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter menjadi
tipis dan atonis
5. Endokrin
Misalnya
pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstermitas dan anus (sekresi hormon
kelaksin)
6. Mekanis
Semua
keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meninggi dalam rongga perut.
Misalnya penderita hipertrofi prostat
7.
Fisiologis
Bendungan
pada peredaran darah portal misalnya pada penderita dekompensiasio hordis atau
sikrosis hepatis
8. Radang
Adalah
faktpr penting yang menyebabkan fitalitas jaringan di daerah itu berkurang
2.5 Manifestasi Klinis
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan
nyeri dan sering menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada saat
defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi
dan edema yang disebabkan oleh trombosis.Trombosis adalah pembekuan darah dalam
hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis.
Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar
dan menimbulkan perdarahan atau prolaps.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok
dubur).
Pada pemeriksaan colok dubur,
hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya
tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila
sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal.
Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar.
Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
- Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.
Dengan cara ini dapat dilihat
hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk
mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan
penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur
vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan
sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan
lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain
dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
- Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan
untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses
keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja
atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
- Rontgen (colon inloop) dan/atau
kolonoskopi.
- Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai
pemeriksaan penunjang
2.7 Penatalaksanaan Medis
- Penatalaksanaan Medik
Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan
dapat dihilangkan dengan hygiene personal yang baik dan menghindari mengejan
berlebihan selama defekasi. Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam
mungkin satu-satunya tindakan yang diperlukan, bila tindakan ini gagal,
laksatif yang berfungsi mengapsorpsi air saat melewati usus dapat membantu.
Tirah baring adalah tindakan yang memungkinkan pembesaran berkurang.
Terdapat berbagai tipe tindakan
nonoperatif untuk hemoroid. Fotokoagulasi inframerah, diatermi bipolar, dan
terapi laser adalah teknik terbaru yang digunakan untuk melekatkan mukosa ke
otot yang mendasarinya. Injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk hemoroid
berukuran kecil dan berdarah. Prosedur ini membantu mencegah prolaps.
- Penatalaksanaan Surgikal
Terapi bedah dipilih untuk penderita
yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV.
Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan perdarahan berulang dan anemia yang
tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita
hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong
segera dengan hemoroidektomi. Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi
adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan.
Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan
tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus digabung dengan
rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis
akibat prolapsus mukosa. Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu
bedah konvensional (menggunakan pisau dan gunting), bedah laser ( sinar laser
sebagai alat pemotong) dan bedah stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja
stapler).
- Bedah Konvensional
Saat ini ada 3 teknik operasi yang
biasa digunakan yaitu :
1. Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan
hemoroid di 3 tempat utama. Basis massa hemoroid tepat diatas linea mukokutan
dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang jahitan
transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk
mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap
hemoroid eksterna. Suatu incisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan
tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan eksternus, yang
dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara
keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid
ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan
kulit anus ditutup secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga
kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu. Striktura rektum dapat
merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak.
Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak
jaringan.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk
hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan mengupas seluruh hemoroid dengan
membebaskan mukosa dari submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap
mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid
internus dijepit radier dengan klem. Lakukan jahitan jelujur di bawah klem
dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah
itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih
sering digunakan karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan
jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan stenosis. Dalam melakukan
operasi diperlukan narkose yang dalam karena sfingter ini harus benar-benar
lumpuh.
- Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama
dengan pembedahan konvensional, hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat
laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan
darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal. Pada bedah dengan laser,
nyeri berkurang karena saraf rasa nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat banyak
saraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri sekali
karena pada saat memotong jaringan, serabut saraf terbuka akibat serabut saraf
tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut. Sedangkan pada bedah laser,
serabut saraf dan selubung saraf menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga
serabut syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 –
14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam cairan
antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa
dilakukan hanya dengan rawat jalan.
- Bedah Stapler
Alat yang digunakan sesuai dengan
prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran
di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus.
Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan
hemoroid dan m.sfingter ini untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol
keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps
jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan
jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini
masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang
prolaps didorong ke atas dengan alat yang dinamakan dilator, kemudian
dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke
dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan
dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan
posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk
ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka
alat akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya
jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga
jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu
mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu fungsi anus, tidak ada anal
discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif,
tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat
sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.
2.9 Komplikasi
- Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan
membeku dan terjadi trombosis.
- Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat
terjadi infeksi dan meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman -
kumannya.
- Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar.
Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah
pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada
hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka
darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis
dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang
diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara
kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb
sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan
tidak dapat masuk lagi(inkarserata/ terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang
dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Hemoroid adalah distensi vena di
daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah
menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai
ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah timbulnya
rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga
aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan
komplikasi,diantaranya adalah terjadi trombosis,peradangan,dan terjadi
perdarahan.Hemoroid juga dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat
ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya.
3.2 Saran
Perlu penyuluhan yang intensif
tentang penyakit, proses penyakit dan pengobatannya pada penderita hemoroid.
Menginformasikan tentang pencegahan-pencegahan terjadinya hemoroid dengan cara
:
- Makan makanan tinggi serat, vitamin K, dan
vitamin B12.
- Sarankan untuk tidak banyak duduk atau kegiatan
yang menenkan daerah bokong.
- Sarankan untuk tidak terlalu kuat saat mengedan
karena dapat menambah besar hemoroid.
- Sarankan agar mengurangi makan makanan pedas yang
dapat mengiritasi hemoroid.
- Sarankan untuk melakukan hemoroidektomi apabila
stadium hemoroid telah mencapai derajat 3 hemoroid interna untuk mencegah
terjadinya infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah.
Jakarta: PT. Bina Aksara.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.
Djuhari,Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Jakarta: EGC.
Doenges (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.
Jakarta: EGC
Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler.
Jakarta: Balai Penerbit.
Lauralee,Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel
ke Sistem. Jakarta: EGC
Parakrama,Chandrasoma. 2006. Ringkasan
Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi
Penyakit. Jakarta: EGC
Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta:
EGC.
Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu
Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
<